Minggu, 28 Agustus 2011

Tangisan di Tenggorokan

Pagi hingga siang biasa saja
Sore itu, aku pergi keluar rumah untuk "bersenang-senang". Hahahay, hari itu aku (sebenarnya) sedang punya kesempatan untuk menuliskan sesuatu melalui benda sederhana, sebut saja HP untuk sang client. Nyali ku saat itu keluar, aku mengetik kalimat2 "sengak" dengan bantuan teman-teman tersayang. Tpi sang client, tidak menunjukan progress yang berarti, malah pembicaraan hanya muter2, dan intinya saya TIDAK MAU! So suck, because you don't always understand what I mean ....
And finally I decided to stop this conversation...

Sore itu, walau GULANA menyerang di dada, but I enjoyed that event with my lovely friend... To much laugh and smile. Thx guys.

Waktu pun menunjukan pukul 07.00 lebih, kami memutuskan untuk salat tarawih di sekolahan tercinta, walau dengan perkiraan buat jama'ah sendiri tanpa orang "yang lebih dewasa lainnya"
You know what happened in there? There are many people.
"Oh pasti habis buber angkatan atau sebagainya, berarti ada imam nya klu gni, Alhamdulillah" pikir ku.
Okey langsung aja, kita sebut saja ada banyak motor dan beberapa mobil yang parkir, TAPI yang memasuki masjid untuk salat isya hanya segelintir, dan hebatnya lagi yang solat terawih lebih segelintir,
"Oh mungkin yang lain lagi pada halangan" pikirku untuk menghilangkan prasangka buruk. (halangan disini tidak hanya berarti sedang datang bulan)
Okey kita tetap salat terawih dengan 4 orang wanita dan sekitar 15an orang lelaki, dan berpuluh-puluh orang di luar sedang berhalangan. wkwkwwk

Karena, malam itu keluarga ku akan pergi ke suatu tempat yang penuh berkah, aku memutuskan untuk langsung pulang, huhuhuhu

Karena memang setiap tahun kami ke sana, dan tahukan kalian, tanggapannya pun sama saja, bedanya kami tidak bertemu langsung dengan putra-putri yang mulia di sana, kami hanya berbincang dengan pengurus tempat berkah itu.
Pembicaraan pun berlangsung lumayan lama, aku tidak bicara sedikitpun, karena memang aku tidak mau, dan tidak di ajak bicara.
Tahukan kalian, bagaimana rasanya jadi kucing kampung di antara kucing-kucing persia dan anggora yang tak dianggap oleh juri penilaian lomba fashion binatang peliharaan?
You know, Gundah Gulana penyebab sesak di dada ku kambuh. Tpi itu hal biasa.
"Oh kok ga trasa ya? si kucing persianya dah ******? ......" jurinya ngendika
dan aku pun harus tersenyum nyengir (maaf)
"Yak semoga, kucing kampung ini bisa jadi kayak si kucing persia" sang juri terhormat berbicara dengan nada terbata dan pelan. (tanpa semangat)
Oh itu biasa..
Loe pikir walau kita sama-sama kucing, jenis kucing kampung lebih jelek dari kucing persia, sorry ya. Kucing persia manja nya minta ampun, kebanyakan syarat, dan itu jga tak berarti si kucing kampung lebih bagus dari kucing persia.
Suatu saat nanti Kucing kampung bisa membuat senyum bahagia di wajah semua makhluk hidup cipataan Allah SWT. Amin
hahaha,
Itu masih biasa...

Malam belum terlalu larut, kami memutuskan untuk cari sandal,
males bahas, karena intinya si kucing persia dapat apa yang di mau, dan si kucing kampung harus bermuka dua untuk bisa menerima segala hal yang di dapat.
Di hadapan publik pun, di harus menahan tangis yang dengan usaha yang dilakukannya akhirnya

TANGIS ITU HANYA MENCAPAI TENGGOROKAN


Hari itu, saya diingatkan untuk lebih banyak beristigfar.
Hari itu, saya sedang di beri kesempatan untuk bersabar.
Ya Rabb , Tuhan seluruh alam, Terimaksih untuk hari itu..

2 komentar: